I.
IDENTITAS
LAPORAN
Judul: Belerang
II.
TUJUAN
-
Menganalisis sifat kimia belerang dan
senyawa belerang.
-
Mempelajari pembentukan alotropi
belerang
III.
TINJAUAN
PUSTAKA
3.1 Material
Safety Data Sheet (MSDS)
3.1.1 HCl
HCl atau asam klorida merupakan golongan
asam kuat. Asam ini memiliki massa molar 36,46 g/mol. Asam ini merupakan
senyawa polar yang mudah larut dalam air. Wujudnya cair, tidak berwarna, dan
bau menyengat. Hal yang perlu diperhatikan adalah
sifat korosifnya terhadap jaringan tubuh dan beracun bila dikonsumsi. Asam klorida akan menimbulkan permasalahan pada sistem pernapasan,
mata, kulit, paru-paru. Jika terjadi kecelakaan pada
penggunaannya cari pertolongan medis profesional setelah
tindakan pertolongan pertama dilakukan. Jika mengenai mata segera siram mata
dengan air berlebih selama 15 menit, mengangkat kelopak matabawah dan atassesekali. Jika kontak dengan kulit maka segerasiram kulit dengan air mengalir selama 15 menit dan sesaat kemudian melepaskan pakaian yang terkontaminasi. Jika tertelan
hubungi pihak medis segera. Jangan memaksakan muntah. Bilas
mulut dengan air dingin. Berikan korban 1-2 cangkir air atau susu untuk
diminum.Jika masuk ke saluran pernafasan pindahkan ke udara
segar. Jika tidak bernapas, berikan pernapasan buatan (Anonim, 2013).
3.1.2 Kloroform
Kloroform sering digunakan sebagai
reagen analis dan pelarut. Kloroform bersifat karsinogenik, menyebabkan iritasi
kulit dan kerusakan organ melalui eksposur yang lama dan berulang. Sifat fisik
kloroform antara lain: berbentuk cair, tidak berwarna, baunya manis, titik
lebur sekitar -63ºC, titik didih sebesar 61ºC. Sifat kimianya antara lain:
kelarutan dalam air sebesar 8 g/L pada 20ºC, hindari pemanasan kuat, Peka
terhadap guncangan, beresiko meledak dengan logam basa , logam alkali tanah,
alkohol, senyawa nitro organik, amonia dan
NO, bereaksi hebat dengan logam dan senyawa hidrogen nonlogam (Anonim,
2013).
3.1.3 Asam
Sulfat
Rumus
molekul dari asam sulfat adalah H2SO4. Senyawa ini
berbentuk cairan dan tidak berwarna. Berat molekul: 98,08 g/mol; Titik didih: 270°C; Titik
leleh: 10°C; Massa
jenis: 1,84 g/cm3; tekanan uap: 1 mmHg(146°C); pH:
0,9(1% larutan); Kelarutan: 100% larut dalam air. Penghirupan
uap asam menyebabkan iritasi pada hidung dan tenggorokan serta mengganggu
paru-paru. Cairan asam dapat merusak kulit dan menimbulkan luka yang amat sakit
(Anonim,
2013)
3.1.4 Karbon
Disulfida
Rumus
molekul dari karbon disulfida adalah CS2. Karbon disulfida sering
disebut dengan ditiokarbonik anhidrat, NCl-C04591, weeviltox, sulfokarbonik
anhidrat. Karbon disulfida merupakan gas yang brasal dari proses penambangan
batu bara. CS2 tidak berwarna dan berbau menyengat. Titik didih dan
titik leburnya berturut-turut adalah 46oC dan -112oC,
memiliki massa jenis sebesar 1,26 g/cm3. Karbon disulfida stabil, sangat mudah terbakar. sangat mudah menguap,
titik nyala rendah dan batas ledakan yang sangat luas. Lindungi dari panas, goncangan, dan cahaya matahari.
Bereaksi cepat dengan fluorin, debu seng, klorin cair. Karbon disulfida sangat bersifat toksik (sangat beracun), apabila masuk
lewat kulit dapat menyebabkan iritasi, kerusakan pada alat reproduksi, kematian
pada janin dan mandul. Gejala kronik biasa menyebabkan kerusakan pada hati (Anonim, 2013).
3.1.5 Tembaga(II)
Sulfat
Rumus
molekul dari tembaga(II) sulfat adalah CuSO4. Tembaga(II) sulfat memiliki nama
lain copper monosulfate anhydrous atau copper vitriol anhydrous. Massa molar
dari CuSO4 adalah 159,61 gram/mol. CuSO4 larut dalam air dengan
kelarutannya adalah 203 gram/liter air. Kerapatan atau densitas dari
tembaga(II) sulfat dalah 3,60 gram/cm3 pada temperatur 20oC.
pH jika 50 gram tembaga(II) sulfat dilarutkan dalam satu liter air pada
temperatur 20oC berkisar antara 3,5-4,5. Tembaga(II) sulfat
berbahaya jika tertelan atau masuk melaui saluran pencernaan. Bahaya pada kulit
dapat menyebabkan gangguan seperti gatal atau iritasi. Jika terkena mata juga
menimbulkan gangguan. Untuk mahluk hidup dalam air, tembaga(II) sulfat dalam
jangka panjang akan menimbulkan bahaya keracunan. Jika mengenai kulit, cuci
dengan air yang mengalir dan gunakan sabun hingga bersih. Jika terkena mata,
bilas secara hati-hati pada air mengalir selama beberapa menit dan lepaskan
lensa kontak yang digunakan kemudian dilanjutkan dengan membilas kembali. Jika tertelan maka diberikan susu atau air putih 1-2
gelas kemudian diberikan obat antacid dan segera hubungi petugas medis. Jika
terhirup maka segera untuk menghirup udara bebas karena dapat menimbulkan
gangguan pernapasan. Tindakan pertolongan selanjutnya adalah dengan merujuk ke
tempat medis. Penyimpan dari CuSO4 adalah ditempat yang tertutup
rapat (Anonim, 2013).
3.1.6
Belerang
Belerang atau sulfur adalah unsur kimia dalam tabel periodik yang memiliki lambang S
dan nomor atom 16. Belerang berwarna kuning pucat,
padatan yang rapuh, yang tidak larut dalam air tapi mudah larut dalam CS2
(karbon disulfida). Dalam berbagai bentuk, baik gas, cair maupun padat,
unsur belerang terjadi dengan bentuk alotrop yang lebih dari satu atau
campuran. Memiliki titik lebur dan titik didih berturut-turut adalah 115oC dan
444oC dengan massa jenis sebesar 2,07 g/cm3 dalam fase solid sedangkan dalam
fase cair massa jenisnya sebesar 1,819 g/cm3. Belerang memiliki 2 alotropi
yaitu belerang rombik dan belerang monoklinik (Anonim, 2013).
3.2 Dasar
teori
Belerang
atau sulfur merupakan unsur kimia dalam tabel periodik yang memiliki lambang S
dan nomor atom 16. Belerang dalam bentuk aslinya, adalah sebuah zat padat
kristalin kuning. Di alam, belerang dapat ditemukan sebagai unsur murni atau
sebagai mineral- mineral sulfida dan sulfat.
Belerang adalah unsur penting untuk kehidupan dan ditemukan dalam dua asam
amino. Penggunaan komersilnya terutama dalam fertilizer
namun juga dalam bubuk mesiu, korek
api,
insektisida
dan fungisida
(wikipedia, 2013).
Ada beberapa
alotropi belerang yaitu belerang rombik (Sα) dan belerang monoklinik (Sβ). Belerang
bewarna kuning dan berbentuk kristal rombik dengan rumus S8.
Jika dipanaskan pada suhu diatas 95,5oC, pola kristal rombik
belerang berangsur-angsur berubah menjadi bentuk monoklinik. Gejala ini disebut
alotropi, yaitu perbedaan bentuk kristal akibat adanya perubahan suhu
(Petrucci, 1985).
Belerang
sangat penting untuk kehidupan. Belerang adalah penyusun lemak, cairan tubuh
dan mineral tulang, dalam kadar yang sedikit. Salah satu penerapan penting
kimia sulfur ialah dalam pengolahan kayu menjadi pulp kayu yang digunakan di
dalam kertas dan karton, untuk menghilangkan jerawat, panu, kudis, kurap, juga untuk berbagai
masalah kulit lainnya seperti ketombe, alergi, dan mengurangi jumlah minyak
berlebihan di kulit (Rukaesih, 2004).
Belerang
digunakan dalam proses vulkanisasi karet alam dan juga berperan sebagai
fungisida. Belerang digunakan besar-besaran dalam pembuatan pupuk fosfat.
Berton-ton belerang digunakan untuk menghasilkan asam sulfat,
bahan kimia yang
sangat penting. Belerang juga digunakan untuk
pembuatan kertas sulfit dan kertas lainnya, untuk mensterilkan alat pengasap,
dan untuk memutihkan buah kering. Belerang merupakan insultor yang baik
(Ilhami blogspot, 2013).
Proses
mengekstraksi belerang dapat dilakukan dengan beberapa proses yaitu:
Proses Fracsh, cadangan bawah tanah belerang biasanya terdapat pada kedalaman
antara 150-750 m dan tebalnya kira-kira 30 m. Pipa berdiameter 20 cm dimasukkan
hingga ke dasar endapan belerang. Pipa lain yang lebih kecil, berdiameter 10 cm
dan lebih pendek dimasukkan dalam pipa pertama. Pipa terakhir, bediameter 2,5
cm dimasukkan ke dalam pipa kedua. Pipa terakhir mempunyai panjang setengah
dari pipa pertama. Mula-mula air bersuhu 165oC dialirkan ke bawah
melalui pipa pertama. Air panas ini akan melelehkan belerang di sekitarnya dan
mendorong cairan belerang naik melalui pipa. Air bertekanan tinggi dipompa
melalui pipa yang paling kecil, menghasilkan buih bermassa jenis kecil yang
akan naik ke permukaan tanah melewati pipa berukuran sedang. Buih ini
mengandung belerang, udara, dan air. Di permukaan tanah, campuran ini
didinginkan dan menghasilkan kristal belerang berwarna kuning dari cairannya
yang berwarna ungu. Kristal belerang dihancurkan dengan dinamit menjadi pecahan
yang berukuran lebih kecil sehingga mudah diangkut ke tempat lain.
Proses Claus,
pada proses Claus mula-mula gas alam dialirkan dalam etanolamin, HOCH2CH2NH2
dan terjadi reaksi: HOCH2CH2NH2(l) + H2S(g)
⇆ HOCH2CH2NH3+
+ HS- Setelah dipisahkan, campuran kemudian dipanaskan sehingga H2S
dilepaskan sebagai gas. Gas ini kemudian dicampur dengan gas oksigen untuk
membakar sepertiga H2S menjadi gas SO2 dan air. Gas SO2
bereaksi dengan H2S sisa membentuk belerang dan air
(Nachrieb,
2001).
Di alam,
belerang dapat ditemukan sebagai unsur murni atau sebagai mineral- mineral
sulfide dan sulfate .Belerang (S) adalah unsur penting untuk kehidupan dan
ditemukan dalam bentuk senyawa asam amino unit kecil dari protein yang penting
untuk pertumbuhan. Tumbuhan mendapat sulfur dari dalam tanah dalam bentuk
sulfat anorganik (SO4) dari mekanisme metabolisme ditubuhnya
sehingga dibentuklah sulfat organik entah dalam protein atau yang lainnya yang
kemudian bisa berpindah ke tingkat tropi kehidupan lainnya (Rukaesih, 2004).
IV.
ALAT
DAN BAHAN
4.1 Alat
-
Cawan porselen
-
Pembakar spiritus
-
Tabung reaksi
-
Gabus penutup tabung reaksi
-
Kaca arloji
-
Pipa bengkok
-
Pipa lancip
-
Penjepit tabung reaksi
4.2 Bahan
-
Serbuk besi
-
Serbuk belerang
-
HCl pekat
-
H2SO4 pekat
-
CuSO4 0,5 M
-
FeS
-
CS2
-
Kloroform
V.
PROSEDUR
KERJA
5.1 Analisis
Sifat Belerang

-
dicampur dengan 1 gram serbuk besi yang perbandingannya 1:1
-
dipanaskan sehingga keduanya bereaksi
-
diambil beberapa butir FeS masukkan ke dalam tabung reaksi
-
ditambahkan larutan HCl pekat dan tutup dengan gabus yang sudah diberi pipa lancip
-
dipanaskan tabung reaksi dan nyalakan gas terjadi
-
diarahkan nyala api ke kaca arloji, amati yang terjadi
-
diambil beberapa keping FeS kemudian masukkan dalam tabung reaksi
-
ditambahkan HCl pekat dan ditutup dengan gabus yang sudah dilengkapi dengan pipa bengkok lalu panaskan
-
dialirkan gas yang terjadi pada larutan H2SO4 pekat dan
larutan CuSO4 0,5 M
-
diamati peristiwa yang terjadi
-
dituliskan semua reaksi yang terjadi
|
5.2
Sifat Alotropi Belerang
|
![]() |
- ditimbang
sebanyak 2 kali
- dimasukkan masing-masing ke dalam
tabung reaksi
- ditambahkan larutan CS2
pada tabung A lalu dipanaskan
- ditambahkan larutan kloroform pada
tabung B lalu dipanaskan
- diuapkan semua pelarutnya dan amati
bentuk kristalnya
|
VI.
HASIL
6.1 Hasil
Pengamatan Analisis Sifat Belerang
No
|
Reaksi
|
Keterangan
|
Gambar
|
1.
|
![]() |
Padatan FeS berwarna
hitam.
|
![]() |
2.
|
![]() |
Terbentuk gas H2S
yang berbau menyengat, nyala gas berwarna merah menyala, dan timbul sedikit
bercak kuning pada kaca arloji.
|
![]() |
3.
|
![]() |
Terbentuk gas SO2 yang
berbau tajam dan gas tersebut berbentuk asap berwarna putih yang tercampur
didalam larutan.
|
![]() |
4.
|
![]() |
Terbentuk endapan kecoklatan
diatas permukaan larutan CuSO4.
|
![]() |
6.2 Hasil
Pengamatan Sifat Alotropi Belerang
No.
|
Perlakuan
|
Keterangan
|
Gambar
|
1.
|
S + CS2 dipanaskan
|
Terbentuk belerang
berwarna kuning dan berongga seperti karang.
|
|
2.
|
S + CHCl3
dipanaskan
|
Terbentuk belerang
berwarna kuning dan berbentuk butiran-butiran kecil.
|
![]() |
VII.
PEMBAHASAN
Praktikum
kali ini bertujuan untuk mempelajari sifat kimia belerang dan senyawa belerang
serta mempelajari pembentukan alotropi belerang. Percobaan pertama yang
dilakukan yaitu analisis sifat belerang, dimana belerang direaksikan dengan
besi dalam fase padat membentuk pirit (FeS) dengan pemanasan. Fungsi dari
pemanasan adalah untuk melarutkan
belerang dan besi agar bereaksi membentuk pirit dengan terbentuk lelehan hitam
yang akan mengeras kembali jika didinginkan. Berikut reaksi yang terjadi:

Pirit
yang terbentuk kemudian ditampung kedalam 3 tabung reaksi, ketiga tabung yang
berisi pirit direaksikan dengan larutan HCl pekat dengan pemanasan sehingga
akan terbentuk gas H2S yang berbau menyengat seperti bau telur busuk.
Berikut reaksi yang terjadi:

Ketika uji
nyala, gas tersebut berwarna merah menyala dan saat diarahkan ke kaca arloji
terbentuk titik kuning pada kaca arloji walaupun hanya sedikit, itu menandakan
bahwa sulfur
memadat ketika terjadi pemanasan. Reaksinya adalah:
.

Tabung
reaksi kedua yang telah direaksikan dengan HCl pekat melalui pemanasan akan
menghasilkan gas H2S, lalu gas tersebut dialirkan pada larutan H2SO4
melalui pipa bengkok dengan reaksi sebagai berikut:

Dari reaksi tersebut dihasilkan gas belerang
dioksida (SO2) karena asam
sulfat pekat panas berperan sebagai oksidator yang akan mengoksidasi belerang sehingga ketika asam pekat panas bereaksi dengan sulfur akan
menghasilkan belerang dioksida(SO2)
yang berbentuk asap putih tercampur dalam larutan serta larutan menjadi sedikit
keruh karena adanya sulfur yang terbentuk (gambar dapat dilihat pada kolom hasil).
Tabung
reaksi ketiga diperlakukan sama seperti halnya tabung reaksi kesatu maupun
kedua, tetapi gas H2S yang didapat dialirkan pada larutan CuSO4
sehingga pada percobaan ini didapat endapan hitam kecoklatan yang terbentuk
diatas larutan CuSO4, endapan tersebut merupakan CuS. Berikut reaksi
yang terjadi:

Percobaan kedua yaitu tentang pembentukan alotropi belerang
dimana dalam literatur belerang memiliki 2 alotropi yaitu belerang rombik
dengan belerang monoklinik. Alotropi adalah kemampuan suatu zat untuk terdapat lebih dari satu macam bentuk.
Cara pertama serbuk belerang yang berwarna kuning direaksikan dengan CS2
lalu diuapkan dengan cara pemanasan sampai pelarutnya habis. Fungsi
pemanasan adalah agar molekul-molekul S8 akan saling bertemu dan
berinteraksi untuk saling berikatan sehingga strukturnya lebih merapat dan
lebih padat. Dari percobaan tersebut didapat belerang yang strukturnya
berbentuk seperti karang dan berongga tetapi warnanya tetap kuning tidak
mengalami perubahan. Berarti dari percobaan yang telah dilakukan didapat
belerang rombik yang strukturnya seperti karang atau disebut juga belerang α yang terdiri dari molekul S8
(gambar
dilihat dalam kolom hasil). Berikut reaksi yang terjadi:
S8(s) +
CS2(aq) → S8(s)

Cara
kedua serbuk belerang yang berwarna kuning cerah direaksikan dengan larutan
kloroform (CHCl3) lalu diuapkan dengan cara pemanasan sampai
pelarutnya habis. Fungsi pemanasan pada percobaan ini untuk melarutkan belerang
dalam kloroform tapi belerang tidak larut dalam kloroform karena kloroform
merupakan pelarut non polar. Dari percobaan tersebut didapat belerang yang
warnanya kuning pucat dan tidak seperti perlakuan belerang yang pertama
teksturnya berupa gumpalan seperti karang tetapi yang didapat teksturnya mirip
seperti butiran pasir. Berarti dari percobaan yang telah dilakukan struktur
belerang tersebut merupakan belerang monoklinik. Tetapi dalam literatur,
tekstur dari belerang monoklinik ini berbentuk seperti jarum, untuk
membuktikannya maka harus menggunakan alat bantu seperti mikroskop. Berikut
reaksi yang terjadi antara belerang dengan kloroform:
S8(s)
+
CHCl3 (aq) → S8(s)
VIII.
KESIMPULAN
-
Reaksi antara serbuk belerang dengan
serbuk besi dengan pemanasan dihasilkan pirit yang berwarna hitam.
-
Reaksi antara pirit dengan HCl pekat
menghasilkan gas H2S yang baunya sangat khas.
- Pada
percobaan yang telah dilakukan terbukti belerang memiliki 2 alotropi yaitu belerang
rombik dan monoklinik, belerang rombik terbentuk ketika S direaksikan dengan CS2
sedangkan belerang monoklinik terbentuk ketika S direaksikan dengan kloroform.
IX.
DAFTAR
PUSTAKA
Achmad, Rukaesih. 2004. Kimia Lingkungan. Jakarta: Universitas Negeri Jakarta.
Anonim.
2013. Carbon Disulfide (http://www.scienelab.com/msds/php?
msdsld= 961927) diakses 14 November 2013.
Anonim.
2013. Chloroform (http://www.scienelab.com/msds/php?
msdsld= 993475) diakses 14 November 2013.
Anonim.
2013. Copper(II) Sulphate (http://www.scienelab.com/msds/php?
msdsld= 992412) diakses 14 November 2013.
Anonim.
2013. Hidrochloride Acid (http://www.scienelab.com/msds/php?
msdsld= 984280) diakses 14 November 2013.
Anonim.
2013. Sulfur (http://www.scienelab.com/msds/php?
msdsld= 998124) diakses 14 November 2013.
Anonim.
2013. Sulphate Acid (http://www.scienelab.com/msds/php?
msdsld= 991220) diakses 14 November 2013.
Gillis, Nachrieb. 2001. Prinsip – Prinsip Kimia Modern. Jakarta: Erlangga.
Petrucci, Ralph H. 1985. Kimia Dasar Prinsip dan Terapan Modern Jilid 2. Jakarta: Erlangga.
Komentar
Posting Komentar